Mungkin dia bukan lagi purnama. Mungkin ia kini mentari. Atau bintang. Atau apalah, saya tidak perduli.
SALAM ! Jumuah Mubarakah everyone !
In this blessed day I would like to tell you about .. ( huuu .. ga jelas ! )
Oke maafkan saya kawan-kawan,
saya sedikit terpengaruh gempita konser Maher Zain yang telah dilaksanakan di
Bandung semalam ( apa nyambungnya ? ) tidak ada sih. Oke saya mulai kiriman
artikel saya kali ini dengan ucapan :
Selamat menjalani bulan bahasa
tahun 2011 !
hahaha .
Ada yang tidak tahu yah ?
baiklah, sayapun baru tahu jika bulan oktober itu diperingati sebagai bulan
bahasa. Karena sebelum-sebelumnya saya sendiri tidak sadar dengan kehadiran
bulan bahasa ini. Secara singkat bulan bahasa ( dan sastra ) adalah bulan
dimana kalian memperingati ditetapkannya bahasa Indonesia sebagai bahasa
pemersatu bangsa pada saat acara Sumpah Pemuda dilaksanakan puluhan tahun
silam. Untuk lebih jelasnya baca aja di
blog Samandayu yang ini. Karena saya pun tahu hal ini dari beliau.
Kali ini saya ingin berbagi
beberapa hal kepada kalian tentang cinta.wiih ! keren ya, hari jumat membahas cinta.
Saya pun tidak paham kenapa sekarang saya ingin membahas hal ini. Baiklah kita
mulai saja.
Cinta Pertama
Sebagian besar orang mengatakan
bahwa cinta pertama adalah cinta yang tidak akan pernah dilupakan seumur hidup,
meski setelah itu kalian akan mengalami beberapa kali jatuh cinta sebelum
akhirnya kalian cukup mencintai satu orang. Saya pun mengamini hal ini. Cinta
pertama saya hadir ketika saya kelas satu SMP. Ditengah ketidaknyaman
bersekolah yang saya alami di masa-masa awal SMP ( seperti yang pernah
secara sekilas saya ceritakan di artikel sebelumnya ). Dia hadir seperti oase
yang menyejukan gurun keterasingan saya.
Makhluk cantik yang selalu
membuat saya malu bila berbicara atau berdekatan denganya. Makhluk yang selama
tiga tahun masa SMP hanya beberapa kali melakukan pembicaraan. Ya, begitulah.
Saya mungkin pengecut atau pecundang. Selama tiga tahun hanya memendam perasaan
suka tanpa ada niat mengungkapkanya.
Sebenarnya pernah ada suatu momen
dikelas tiga ketika saya mulai punya keberanian. Tidak untuk menembaknya
apalagi menjadikannya pacar. Saya mampu mengukur diri. Saya hanya ingin dia
tahu. Hanya itu, namun ketika hal itu saya ingin lakukan. Ditambah dukungan
dari teman yang membuat saya semakin yakin. Suatu yang tidak terduga terjadi.
Ternyata dia sudah memiliki pacar. Dan ketika saya bandingankan pacarnya dengan
saya. Innalilalahi, beda sekali. Jauh bagai langit dan bumi. Akhirnya sampai
detik ini saya hanya mampu memendam itu. Hanya memendam hal itu ( eh udah ya ?
oke itu saya harap memberi efek dramatis )
Dan kalian tahu ? beberapa hari
yang lalu saya menemukan akun facebooknya ! wah, sungguh saya sangat senang,
setelah sekian lama mencari. Dan sempat terpikir kalau dia begitu katro
sehingga tidak punya akun di situs jejaring ini. Akhirnya saya menemukan
kembali purnama yang selalu menerangi malam-malam saya ketika SMP dulu.
Sayang, kesenangan itu kembali luntur tatkala saya melihat profilnya. Disitu
tercantum status “berpacaran”. Sedih dan merana rasanya ( lebay dah lu ). Dan
ketika saya amati setiap jengkal status dan komentarnya. Saya merasa ada yang
berubah darinya. Ia tdak seperti yang saya kenal dulu. Terlebih setelah melihat
foto-fotonya. Ia bukan purama yang saya kenal.
Untuk itu saya putuskan tidak
ingin mencari tahu dia lebih dari ini. Saya enggan merusak citra dia yang
terlukis dipikiran saya selama ini. Tentang dia dan kpribadiannya. Saya terlalu
enggan, saya takut setelah tahu ia yang sekarang. Akan mengubah lukisan dia dihati saya
denagn gambar yang lain. Mungkin dia bukan lagi purnama. Mungkin ia kini mentari.
Atau bintang. Atau apalah, saya tidak perduli.
( jiahaaa .. mellow amat yah
sayah ! gkgkgk, cukup curhatan laknat tadi. Mari kita lanjut pada hal yang
lainnya )
Mencintai Atau
Dicintai
JIKA diberikan pertanyaan diatas
orang kebanyakan memilih dicintai. Setidaknya itu jawaban yang diberikan
teman-teman saya. Dan sayapun memaklumi hal ini. Seseorang cenderung mencari
rasa “aman” ketika menjalin suatu hubungan, sehingga sering kali melupakan rasa
“nyaman” dalam menjalaninya. Ini tentu tidak salah. Mungkin orang-orang yang
memilih dicintai punya hati yang begitu luhur sehingga medermakan dirinya untuk
kebahagiaan orang lain.
Selain itu pilihan dicintai
seperti memberi jaminan tidak adanya pengkhianatan dan kebohongan. Karena tanpa
usaha apapaun si pasangan akan mencintai kita apa adanya. Menerima kita seperti
apa yang ada saat ini. Dan kemungkinan hadirnya cinta yang tulus jauh lebih
besar.
Akan tetapi apakah hal ini akan
berlangsung tanpa hambatan ? saya rasa tidak. Banyak kelemahan dari pilihan ini
salah satunya seperti yang saya sebutkan diatas tadi. Jika kalian yang memilih
jalan ini tidak memiliki hati yang besar maka akan mudah sekali terjadi
konflik. Sebagain akan bertindak frontal dengan mengkritisi atau memprotes
pasangannya yang dirasa kurang membuatnya senang. Atau juga cukup diam menerima
semua meski jika semakin lama pasti akan meledak juga. Atau mungkin ia akan
tampak baik dan menerima tetapi dibelekang dia akan mencari plampiasan yang
lain yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya alias selingkuh !
Jika pilihan yang pertama yang
kalian pilih alias mencintai. Ini pun punya kelebihan dan kelemahan tertentu.
Pernah suatu kali. Ketika saya menonton acara Mario Teguh di salah satu televisi swasta nasional di Indonesia. Ada satu pertanyaan survey yang diberikan pihak MT kepada audiensnya, yaitu
“pilih mana, mencintai atau dicintai”
Hasil survey membuktikan jawaban
yang nyaris seimbang ( seinget saya ). Nah setelah hasil tersebut keluar pak MT
meminta salah dua audiensnya untuk memeberikan alasan dari pilihan yang
dipilihnya.
Dan seperti biasa setelah 2 orang
dari masing-masing pilihan itu memberikan alasan pa MT member pertanyaan baru
yang kira-kira berbunyi begini ;
“Dari dua pilihan itu mana yang
menuntut perbaikan kualitas diri ?”
Hadirin pun serentak menjawab
“mencintai “
Yuph ..
Menurut pak MT dari dua pilihan tadi sebaiknya kita memilih mencintai. Karena
dengan begitu kita akan lebih meningkatkan kualitas diri kita untuk pantas
dicintai oleh yang kita cintai. Hal ini sangat benar. Kata mencintai itu
bersifat aktif sedangkan dicintai itu bersifat pasif.
Dalam pilihan mencintai kita
dituntut aktif dan berkerja keras agar orang yang kita sukai “jatuh cinta”
kepada kita.
Hahah ..
ini sangat cocok bagi para pejuang asmara, para prajurit hati yang menginginkan rasa cinta.
ini sangat cocok bagi para pejuang asmara, para prajurit hati yang menginginkan rasa cinta.
Kelemahan dari pilihan ini tentu
saja. Jika kita tidak punya hati yang cukup besar untuk menerima kenyataan maka
kenelangsaan lah yang kan kita dapatkan. Jika sampai yang kita cinta kekeuh tidak mau takluk juga.
Bagi para pecundang mungkin
jatuhnya ke bunuh diri, dendam kesumat lalu berlakulah kalimat cinta ditolak
dukun bertindak , atau melakukan tindakan
kriminal seperti membunuh atau memperkosa orang yang dicintainya.
Intinya dari 2 pilihan diatas.
Kita harus menyiapkan hati yang besar dan perasaan yang lapang untuk menerima semua akibat yang akan ditimbulkan
belakangan. Sebab tanpa hal itu bukan tidak mungkin banyak konflik yang akan
hadir dan berujung pada hal –hal yang menyakitkan hati bahkan menyakitkan
fisik.
Jalan Terbaik
TENTU saja idealnya dalam membina
hubungan harus didasari suka sama suka, cinta sama cinta, enak sama enak
(lho?). akan tetapi potret ideal ini tentu tidak semua orang punya. Makanya
agama lah yang bisa dijadikan penolong dalam hal ini. Dalam agama saya, ketika
kita mencintai seseorang kita harus mencintainya karena Tuhan. Begitupun ketika
kita membencinya. Kita hanya boleh membencinya karena Tuhan. Utopis dan
teoritis ? memang. Tapi bukan tidak mungkinkan? Dengan adanya keikhlasan dan
cinta yang dilandasi kecintaan kepada Tuhan dapat membuat suatu hubungan
berjalan sesuai koridor agama yang sudah barang tentu akan menghasilkan
KeridoanNya. Jika Tuhan sudah Ridho. Bukankah yang tak mungkin bisa jadi
mungkin.
Saya berbicara demikian bukan berarti saya sudah bisa. Saya
pun masih belum terlalu paham dengan hal ini. Baiknya kita bertanya pada orang
yang sudah mumpuni.
Hahaha ..
Pengalaman Laknat :
- saya pertama kali ditebak kelas satu SD menggunakan sebuah surat dari selembar tisu. Karena waktu itu saya belum mahir membaca ( ditambah ditulis di selembar tisu jadi kurang nyata ) akhirnya saya meminta bantuan kakak perempuan saya membacanya. Kalau dipikir-pikir. Itu memalukan !
- saya pertama kali nolak cewe juga pas kelas satu SD. Waktu itu setelah saya menerima surat itu. Kakak saya bilang jangan pacaran dulu. Gunakan alasan yang paling diplomatis dan keren.
- Waktu itu saya bilang ( seinget saya ) “ maaf saya ga mau pacaran dulu, saya mau fokus belajar saat ini” ( yaiyalah! Baru juga kelas satu cuyy SD lagih !)
- Pertama kali suka ( kagum kagum gaje ) itu pas SD kelas 4 #noMention
- Memutuskan jatuh cinta pada kelas 1 SMP pada seseorang dan masih terkenang hingga saat ini ( yaelah *lempar bunga mawar )
- Sering digosipkan pacaran, ga cuma sama cewe bahkan sama cowo ( sialan ! )
- Saat ini katanya lagi disukai beberapa perempuan. Tapi saya gak tau kenapa masih enggan pacaran ( senga !)
- Saya tipe orang yang susah perhatian sama orang. Dan paling tidak suka dituntut untuk perhatian.
- Fokus saya saat ini membahagiakan seorang perempuan. Yaitu ibu saya.
- Tipe perempuan yang saya sukai adalah yang menarik menurut saya. #klise
Sekian dulu petuah
cinta dari si dhuafa asmara.
Maaf jika ada yang tidak berkenan !
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh !
Sumber Gambar : Google Gambar
cie .. hha ..
BalasHapusgak disangka sangka ..
pantesan beberapa hari ini gua amatin di mata lu ada bunga bunga yang bermekaran..^^
aheyyyyy ..
waw,, keren
BalasHapusjadi terharu#prettttttttttttttttttttt like it om
waahahaaa....
BalasHapuscinta pertamaaaa *teriak
jujur cinta pertama sulit banget untuk di lupain yak... -____- #tiba-tibagalau
wah sampai sebegitunya mengikuti si cinta pertama ;D Sheno juga mau ah kapan-kapan cerita.
BalasHapusikbal : cinta pertama = rentan galau
BalasHapussheno : ditunggu yuaa .