Lemas membekap
tubuh, menjalar seumpama domino yang dijatuhkan. Ia menatap kosong
lembar undangan yang kini telah tergeletak di lantai kamarnya itu. Ia
begitu terpukul dan tak terima. Perlahan kenangan demi kenangan bersama
kekasihnya muncul. Melemparkannya pada satu daratan kenyataan. Ini semua
salah Tuhan. Ia marah, air mata menggenang. Ia sesunggukan.
Lama ia terpekur, kini semua mereda. Tangis pedihnya berganti tawa.
Seringai penuh makna yang hanya ia yang dapat mengerti maksudnya.
Ia tertawa ..