INI adalah dua sketsa cerpen saya. yang ingin membuat versi panjangnya. itu juga kalu saya tidak keburu malas. haha :D
jadi nikmati dulu aja versi singkatnya..
Deru Dan Lalu
"AYOLAH nikmati hidupmu seperti ketika kau menikmati tubuhku" ujar Lalu
sambil memeluk leher seorang pria yang tengah menghadap sebuah laptop
dari arah belakang "sayang, sepertinya kamu tegang sekali, ada apa
?" lanjutnya.
" ti ti tidak .. Tidak ada apa-apa " jawab laki-laki berkacamata itu tanpa menoleh dari laptopnya.
"kamu, ga bersemangat kayanya, ya udah, aku buatin kopi yah .. Mau kan?" ujar Lalu sambil melepaskan pelukanya dan berjalan menuju dapur.
"Lalu .." panggil pria itu.
"iya, ada apa sayang?" langkahnya terhenti
"sampai kapan kita seperti ini ? " ujar Deru sambil terus memperhatikan laptopnya. Ia berusaha agar tak melihat Lalu.
"maksud kamu apa ? "
"maksudku, sampai kapan kita menjalani hubungan tak sehat ini"
" ti ti tidak .. Tidak ada apa-apa " jawab laki-laki berkacamata itu tanpa menoleh dari laptopnya.
"kamu, ga bersemangat kayanya, ya udah, aku buatin kopi yah .. Mau kan?" ujar Lalu sambil melepaskan pelukanya dan berjalan menuju dapur.
"Lalu .." panggil pria itu.
"iya, ada apa sayang?" langkahnya terhenti
"sampai kapan kita seperti ini ? " ujar Deru sambil terus memperhatikan laptopnya. Ia berusaha agar tak melihat Lalu.
"maksud kamu apa ? "
"maksudku, sampai kapan kita menjalani hubungan tak sehat ini"
"ada apa sih Ru, kamu kenapa?"
" aku ga kenapa-kenapa kok, aku hanya lelah"
"lelah mencintaiku maksudmu" ujar Lalu. Ia berjalan anggun menuju deru. Dan duduk disampinya. Kini pasangan ini menghadapi pembicaraan serius.
"bukan, bukan itu, tidakkah kau ingin meresmikan hubungan kita ?"
"dan menyakiti hati istri dan anakmu?" ujar Lalu cepat sebelum Deru menyelesaikan kalimatnya.
"apa maksud kamu?"
"Deru, kau naif sekali"
"...."
"Deru, bagaimana dengan anak dan istrimu, aku mencintai kamu, sangat sangat mencintaimu. Tapi aku pun tidak mau menyakiti istri dan anakmu"
"aku akan ceraikan ia" jawab Deru
"itu yang kumaksud menyakitinya. Anak- anak mu masih membutuhkan mu, begitupun asri istrimu" ujar Lalu tenang. Matanya kosong. Ia menyimpan luka yang dalam.
" ya sudah, akan aku jadikan kamu .."
" istri kedua mu? Ahh bukankah itu akan semakin menyakitinya" potong Lalu.
" lantas? Kita seperti ini terus?"
"ya kenapa tidak? Kamu takut?" kata Lalu sambil menatap Deru.
"kita resmikan dengan nikah siri ?"
" melegalkan aktivitas selangkangan dengan kedok agama? Tak takutkah kau akan azabNya?" kini Lalu beranjak pergi menuju dapur. Ia tetap ingin membuatkan kopi untuk Deru.
"jadi?.."
"nikmati saja seperti ketika kau menikmati tubuhku" ujarnya sambil tersenyum genit dan menghilang dibalik pintu dapur.
Lalu terisak ..
Ibu Saya Anjing
"Ibu, aku ingin punya anjing" pinta anak perempuan itu pada ibunya.
"kenapa sayang?" tanya sang ibu seraya mengelus rambut hitam panjang anaknya.
" aku ingin punya teman seperti ibu, jadi aku gak akan kesepian jika ibu pergi berkerja" ujarnya seraya memperat pelukan pada ibunya.
"maksud kamu apa sayang, ibu gak ngerti" tanyanya lagi
"tiap hari, bapak bilang ibu "anjing", jadi anjing itu pasti mirip sama ibu, baik,tenang, dan penuh kasih sayang" ujarnya
"...."
"ibu, bolehkan aku punya anjing" pintanya lagi.
"..."
"ibu ? Boleh ya?" pintanya manja.
" iya , boleh, nanti ibu belikan." jawabnya dengan isak tertahan.
"makasih ibu, hore! Aku bakal punya teman seperti ibu" sang anak memeluk sang ibu lebih erat.
"iya,"
dan airmata kembali basahi wajah yang membiru.
"kenapa sayang?" tanya sang ibu seraya mengelus rambut hitam panjang anaknya.
" aku ingin punya teman seperti ibu, jadi aku gak akan kesepian jika ibu pergi berkerja" ujarnya seraya memperat pelukan pada ibunya.
"maksud kamu apa sayang, ibu gak ngerti" tanyanya lagi
"tiap hari, bapak bilang ibu "anjing", jadi anjing itu pasti mirip sama ibu, baik,tenang, dan penuh kasih sayang" ujarnya
"...."
"ibu, bolehkan aku punya anjing" pintanya lagi.
"..."
"ibu ? Boleh ya?" pintanya manja.
" iya , boleh, nanti ibu belikan." jawabnya dengan isak tertahan.
"makasih ibu, hore! Aku bakal punya teman seperti ibu" sang anak memeluk sang ibu lebih erat.
"iya,"
dan airmata kembali basahi wajah yang membiru.
suka, pengen bisa buat cerpen kayak gini tapi selalu gagal huh :(
BalasHapus