TERIMAKASIH adalah sebentuk
deretan kata yang memiliki makna apresiasi dan balasan sederhana atas kebaikan
yg telah dilakukan orang lain. Ya, ucapan dengan 11 huruf itu begitu besar
efeknya bagi orang lain, setidaknya itu menurut saya. Tapi saat ini, ditengah
budaya praktis dan individual. Kata "terimakasih" seperti kehilangan
tempat. Pernah anda perhatikan berapa orang yang setelah membeli sesuatu dari
seorang pedagang lalu mengucapkan terimakasih ? Menurut saya, setidaknya
menurut pengamatan saya. Hal itu begitu jarang dilakukan. Entah apa alasannya.
Terburu buru kah? Tidak sempat? Atau malah mengganggap bahwa budaya
"terimakasih" itu sudah tidak penting lagi. Entahlah saya pun tidak
tahu.
Dulu sewaktu saya masih sekolah,
saya sering memberikan contekan kepada teman-teman saya. Banyak cara saya untuk
memberi contekan, dari mulai cara tersembunyi seperti bisik-bisik dan kode jari
sampai dengan teriak tertahan jika pengawasnya memang menghalalkan praktek
contek mencontek itu. Bahkan karena kemajuan jaman saya member contekan mereka dengan
bantuan sebentuk benda bernama Handphone. Lewat fasilitas sms-nya sya mengirimi
mereka jawaban ulangan itu, diluar benar tidaknya jawaban saya. Tapi mereka
tampak senang dan percaya begitu saja dengan jawaban yang saya berikan.
lalu apa kaitannya terimakasih
dengan praktek contek mencontek?
Bukannya bermaksud pamrih atau
mau dianggap sok dibutuhkan.
Tapi ayolah,
setiap tindakan btuh apresiasi
kan?
Bahkan film gaje bin tolol karya
sineas mesum dan gila uang saja pasti sedikit menyimpan harap untuk diapresiasi
filmnya?
Loh.. Ndak nyambung nak! .
Baik..
Intinya saya ingin sekali mereka
menghargai usaha sya-belajar keras stiap malamnya-untuk menyiapkan otak agar
biasa memberikan jawaban kepada mereka, hanya itu saja.
Terlebih saat ini, ketika saya bekerja
dibidang jasa. Sangat sedikit dari pelanggan saya yang mengucapkan terima
kasih. Kebanyakan saya dulu yang mengucapkannya. Ada respon yang baik dengan
mengucapkan “ sama-sama” atau “kembali “ tapi tidak jarang mereka hanya diam
lalu pergi.
Bagaimana perasaan saya ?
Awalnya cukup sakit hati. Saya hanya
mampu memandang mereka keluar dari pintu dengan tatapan sedih. Ya, saya sadar
diri. Saya hanya kuli disini. Pembantu, sedang mereka raja. Karena meraka
pembeli. Gaji yang saya dapat adalah dari uang mereka juga. Tapi apakah saya
tidak butuh apresiasi atas usaha terbaik yang saya lakukan kepada mereka ?
Namun lama-kelamaan hati ini
kebas juga. Sering diperlakukan seperti itu membuat hati saya sedikit lebih
tenang. Saya kadang hanya mentertawai tindakan mereka. Berkata “terima kasih
dengan suara lebih tegas sambil tak lupa menyematkan senyum. Senyum ikhlas
untuk mereka yang menjawab. Dan senyum lucu untuk mereka yang tidak merespon.
Saya pun berusaha ber-positif
thinking. Bisa saja mereka terlalu malu atau terlalu sungkan untuk mengucapkan
membalasa ucapan terimakasih kepada saya. Terlebih untuk mengucapkannya
terlebih dahulu.
Akan tetapi tidak semua orang berprilaku demikian. Alhamdulillah. Banyak juga pengguna jasa saya yang senantiasa mengucapkan terima kasih. Sungguh saya sangat senang mendengarnya. Dan jika mereka kembali untuk meminta bantuan saya. Saya pun seperti terpacu bekerja jauh lebih baik dari sebelumnya.
Mungkin banyak dari kita yang
seperti menyepelekan ucapan sederhana itu, tapi semakin lama saya semakin sadar
bahwa budaya mengucapkan terima kasih banyak lah manfaatnya, dengan mengucapkan
terimakasih kita seperti memberikan sesorang rasa apresiasi dan tanda
penghormatan atas hal kecil yang mereka lakukan. Membuat mereka ( termasuk saya
) merasa dihargai keberadaannya. Bahwa kita saling membutuhkan. Bukan hanya jalinan
kaku antar yang mengerjakan dan yang memberikan pekerjaan. Alangkah indah bukan
jika satu hubungan dibina atas dasar saling menghormati peran masing-masing ?
Untuk itulah, saya mengajak semua
yang membaca artikel singkat saya ini untuk sedikit mengubah paradigma kita
tentang ucapan terimaksih. Bahwa terimaksih adalah hal sederhana yang
sesungguhnya amat penting dalam kehidupan kita. Mulailah berterima kasih kepada
tukang dagang yang kau beli dagangannya. Supir kendaraan umum yang kau tumpangi
( asal jangan pas naik pesawat atau kereta, repot kayaknya, pokoknya yang
memungkinkan kita bertatap langsung dengan dia ). Orang tua kita, adik atau
kakak kita. Teman dan semua orang yang terlibat dalam lingkungan sosial kita.
Yuuk budayakan ucapan “Terima kasih”
Sumber Gambar : Google Gambar
Waaahh... iya. bener banget.
BalasHapusdan budaya'' ucapan terima kasih ''itu sekarang udah mulai pudar dengan semakin majunya zaman. -___-
tidak seperti ketika zaman saya SD dulu, yang ikatan sosial yang sangat kuat dan saling toleransi. hehe
Btw. Nice post ^_^
hmm masih ingat gan
BalasHapus