Minggu, 20 Januari 2013

Lelucon Sembrono dalam Sinetron Islami Indonesia



PUNYA keinginan nulis itu seperti orang pengen buang hajat, kalo ga cepet-cepet dikeluarin bakal mengganggu banget ! yeah, itulah yang saya rasain ketika mendapati ide menulis tema ini, sebenernya udah ngantuk bin males, tapi karena belum keluar dalam berbentuk tulisan, akhirnya jadi malah ga bisa tidur. Euh ..

Sudahlah, saya kira sudah cukup mukadimah diatas, mari kembali ke kancut #eh. Maksudnya ke topik pembahasan kita kali ini.


Kali ini saya ingin menyoroti prihal maraknya Sinetron bertema Islami yang sebenarnya jauh dari kehidupan Islami. Kalian jangan membayangkan saya akan membahas sinetron waras macam Para Pencari Tuhan yang kini sudah entah masuk ke jilid berapa itu. Saya akan membahas soal menjamurnya Sinetron Komedi yang berbau Islami. Islam KTP mungkin bisa dibilang pioner dalam Sinetron Komedi Islami ini. ketika sebuah kritik sosial disampaikan dengan jenaka dalam sebuah Sinetron yang mulai tayang 12 Juli 2010 sampai 17 September 2011. Awalnya saya suka dengan sinetron ini terlebih dengan tokoh Sabina, pemain perempuan utamanya yang cantik :3. Namun seiring berjalannya waktu dan sisi komersil menguasai sinetron ini, jadilah saya enggan lagi menegok sinetron yang melambungkan nama seorang bocah bernama TB itu. 


Apa yang bikin saya males sama sinetron itu lagi ? karakternya itu lho, ayolah, lupakan alur cerita sinetron Indonesia yang memang katanya ga ada yang waras lagi setelah Keluarga Cemara. Saya sangat prihatin dengan salah satu tokoh yang diperankan Qubil AJ bernama Madit Musyawrah itu. Oh iya saya pernah ketemu dia lho ( Qubil Aj maksudnya ) di Daerah Wisata Kota Tua Di Jakarta sekira medio 2010. Seingat saya saat itu dia belum terkenal karena waktu itu sinet Islam KTP belum keluar. Okelah, kembali ke Lembah Cinta.

Hal yang bikin saya gemes sehingga pengen nyubit orang pake tang jepit itu adalah karakternya yang sangat mudah menyumpah serpahi serta adegan pembulian yang terlampau frontal untuk ukuran tayangan di jam prime Time yang sangat mungkin dinikmati juga anak-anak kecil. Skenario pembulian itu tentu sangat tidak baik buat imitator macam anak-anak kecil bukan ? ketika si Madit dengan gampangnya “ngatain” si miskin Mamat dan Karyo yang kondang dengan jargon “Legowo”. Ayolaah,kalo ada orang macam itu di dunia nyata saya yakin umurnya ga akan lama karena pasti udah dihajar duluan sama orang sekampung saking ga normalnya tingkat kesombongannya.

Sinetron Komedi Islami, Kritik Sosial keluarga muslim atau “Lelucon” Tolol Para Kapitalis ?

Selepas Islam KTP tamat munculah sinetron “Tukang Bubur Naik Haji” diawal saya sudah menduga ke arah mana sinetron ini akan berjalan. Sinetron ini diangkat dari sebuah FTV bagus karya Wisata Hati Yusuf Mansyur, seingat saya FTV ini muncul seiring merebaknya tema sinetron yang diangkat dari cerita sebuah Majalah yang melulu berbicara soal Azab. 


Saya suka dengan dengan FTV ini. memiliki pesan yang amat kuat serta cerita yang kokoh, namun semua berubah ketika FTV ini dibikin format series oleh SinemaArt. Ceritanya yang panjang atau lebih tepatnya dipanjang-panjangin bikin sinetron ini seperti keluar dari jalur seharusnya. Setau saya Mat Solar pun kini sudah tidak lagi bermain di film tersebut, kabar dari internet sih dia mau istirahat. Lha, wajar dong, gimana ga cape coba sampe tanggal 19 Januari 2013 aja episodenya udah mencapai 392 !!!

Coba dengan jumlah episode segitu masa ceritanya belum abis-abis ? lucu kan ( mari tertawa, hahahaha )

Jawabannya karena dari sisi komersil sinetron ini sangat menguntungkan, yeah, kali ini kita bukan lagi berbicara soal apakah sinetron itu logis atau tidak, semua mati kalo udah berhadapan dengan wajah-wajah kapitalis industri pertelevisian Indonesia.

Yang bikin saya makin prihatin adalah kini sinetron-sintron serupa mulai menjamur. Tema klise, pemain komedian, dan alur cerita yang itu-itu saja membuat bencana ini semakin lengkap. Yang paling menggangu adalah penggambaran berlebihan soal kehidupan Islami. Jujur, saya miris ketika gelar haji begitu diperolok di semua sinetron. Kesan bagi yang awam adalah bahwa pergi haji tidak lebih dari jalan-jalan biasa yang ngenesnya hanya dilakukan oleh orang-orang berduit yang sombong.

Melulu digambar nyaris dalam semua sinetron tersebut bahwa haji semata hanya untuk mendapatkan gelar. Padahal jika ditilik lebih dalam, perjalanan mulia tersebut semestinya mampu membuat orang yang melakukannya bisa lebih “bermoral” ketimbang yang belum melakukannya karena ia telah bertamu dan menapak tilas perjuangan utusan-utusan Allah.

Hal lain yang bikin saya nyesek adalah penggambaran ustad yang jauh dari prilaku Islami. Tukang teriak-teriak, emosian, mementingan uang dalam berdakwah, aahhh, mengelus dada masing-masing yuuk.

Saya bukan penikmat seinetron, saya pun terbilang orang yang jarang nonton televisi. Kebetulan saja saya punya teman kosan yang terbilang cukup gandrung denagn sinetron-sinetron ini. jadilah saya sesekali ikut nonton bersamanya meski hanya barang beberapa segmen. Keburu eneg liat alur ceritanya yang ga logis. Setau saya kini ada beberapa sinetron bertema serupa selain Tukang Bubur Naik Haji yang tayang saat ini seperti Ustad Foto Copy, Hati-hati Dengan Hati, dan sederet sinetron-sinetron yang memiliki tema serupa namun tidak saya tahu judulnya apa.

Banyak hal-hal miris yang sebenarnya bertolak belakang dengan kehidupan Islami. Saya sih tidak mau mengkritisi jalan cerita yang emang udah ga masuk akal, contohnya karakter bapak-bapak aneh yang selalu muncul tiba-tiba sebagai “penjelas” sebuah masalah dan penjawab pertanyaan sebagai jalan pintas untuk memetik hikmah dalam sebuah adegan dalam sinetron Hati-Hati Dengan Hati. Tidaklah itu terlalu memaksakan ? dan terlihat utopis ?

Atau adegan pandang-pandangan dengan lawan jenis padahal si perempuan dikatakann sebagai orang yang tau agama, bukanlah itu terkesan meluluconi perangkat agama ? ketika solat seperti sebuah kegiatan harian yang “kosong” tanpa makna apa-apa ?

Ayolah, buat kalian kapitalis, kalian boleh mencari uang sebanyak kalian suka. Tapi tolonglah jangan sampai memperolok agama kami. Saya berharap banyak kepada Komisi Penyiaran Televisi agar lebih ketat lagi menyensor dan mengontrol tayangan-tayangan sensitif itu. Yang jelas-jelas lebih merusak ketimbang datangnya seorang artis luar negeri untuk konser di Indonesia.

Sejujurnya ada banyak hal lain yang ingin saya moncongkan dalam artikel ini. namun apalah daya, besok saya mesti kerja dan tentu saja harus tidur secepatnya. Semalam malam semua !

Sumber Gambar : Google Search
Wikipedia

1 komentar:

  1. Idem, ane juga kaga suka sama sinetron kek beginian. Lagipula emang gw ga suka nonton sinetron juga sih. Ujungnya ga jelas. Ga ngerti juga apa nikmatnya nontonin orang yg teriak2 pake gue-elu, dan bahasa betawi kasar layaknya orang kampung dan ga berpendidikan. Udah mah buang2 waktu, habis nontonnya juga langsung sakit kuping dan puyeng... :P

    Harus ada tindakan jelas dari para penonton untuk benar2 menolak film2 bergenre dan berkepanjangan ga jelas seperti ini. dengan begitu stasiun TV pun akan memutar otak buat menciptakan acara berkualitas, bukan hanya menjual jam tayang ke sembarangan PH (Production House) untuk ditaruh dengan tayangan2 ga berkualitas seperti itu.

    Kita harus berani bilang JELEK, biar si produser, dan stasiun TV melihat bahwa tayangannya buruk...

    BalasHapus

Bagi yang bukan Blogger dapat memberi komentar dengan cara memilih form Name/URL pada link Berikan komentar sebagai :
isi Name dengan Nama lalu isi Url dengan Link Facebookmu.