PUNYA keinginan nulis itu seperti
orang pengen buang hajat, kalo ga cepet-cepet dikeluarin bakal mengganggu
banget ! yeah, itulah yang saya rasain ketika mendapati ide menulis tema ini,
sebenernya udah ngantuk bin males, tapi karena belum keluar dalam berbentuk
tulisan, akhirnya jadi malah ga bisa tidur. Euh ..
Sudahlah, saya kira sudah cukup
mukadimah diatas, mari kembali ke kancut #eh. Maksudnya ke topik pembahasan
kita kali ini.
Kali ini saya ingin menyoroti prihal maraknya Sinetron bertema Islami yang sebenarnya jauh dari kehidupan Islami. Kalian jangan membayangkan saya akan membahas sinetron waras macam Para Pencari Tuhan yang kini sudah entah masuk ke jilid berapa itu. Saya akan membahas soal menjamurnya Sinetron Komedi yang berbau Islami. Islam KTP mungkin bisa dibilang pioner dalam Sinetron Komedi Islami ini. ketika sebuah kritik sosial disampaikan dengan jenaka dalam sebuah Sinetron yang mulai tayang 12 Juli 2010 sampai 17 September 2011. Awalnya saya suka dengan sinetron ini terlebih dengan tokoh Sabina, pemain perempuan utamanya yang cantik :3. Namun seiring berjalannya waktu dan sisi komersil menguasai sinetron ini, jadilah saya enggan lagi menegok sinetron yang melambungkan nama seorang bocah bernama TB itu.
Apa yang bikin saya males sama
sinetron itu lagi ? karakternya itu lho, ayolah, lupakan alur cerita sinetron
Indonesia yang memang katanya ga ada yang waras lagi setelah Keluarga Cemara. Saya
sangat prihatin dengan salah satu tokoh yang diperankan Qubil AJ bernama Madit
Musyawrah itu. Oh iya saya pernah ketemu dia lho ( Qubil Aj maksudnya ) di
Daerah Wisata Kota Tua Di Jakarta sekira medio 2010. Seingat saya saat itu dia
belum terkenal karena waktu itu sinet Islam KTP belum keluar. Okelah, kembali
ke Lembah Cinta.
Hal yang bikin saya gemes
sehingga pengen nyubit orang pake tang jepit itu adalah karakternya yang sangat
mudah menyumpah serpahi serta adegan pembulian yang terlampau frontal untuk
ukuran tayangan di jam prime Time yang sangat mungkin dinikmati juga anak-anak
kecil. Skenario pembulian itu tentu sangat tidak baik buat imitator macam
anak-anak kecil bukan ? ketika si Madit dengan gampangnya “ngatain” si miskin
Mamat dan Karyo yang kondang dengan jargon “Legowo”. Ayolaah,kalo ada orang macam
itu di dunia nyata saya yakin umurnya ga akan lama karena pasti udah dihajar
duluan sama orang sekampung saking ga normalnya tingkat kesombongannya.
Sinetron Komedi Islami, Kritik
Sosial keluarga muslim atau “Lelucon” Tolol Para Kapitalis ?
Selepas Islam KTP tamat munculah
sinetron “Tukang Bubur Naik Haji” diawal saya sudah menduga ke arah mana
sinetron ini akan berjalan. Sinetron ini diangkat dari sebuah FTV bagus karya
Wisata Hati Yusuf Mansyur, seingat saya FTV ini muncul seiring merebaknya tema
sinetron yang diangkat dari cerita sebuah Majalah yang melulu berbicara soal
Azab.
Saya suka dengan dengan FTV ini.
memiliki pesan yang amat kuat serta cerita yang kokoh, namun semua berubah
ketika FTV ini dibikin format series oleh SinemaArt. Ceritanya yang panjang
atau lebih tepatnya dipanjang-panjangin bikin sinetron ini seperti keluar dari
jalur seharusnya. Setau saya Mat Solar pun kini sudah tidak lagi bermain di
film tersebut, kabar dari internet sih dia mau istirahat. Lha, wajar dong,
gimana ga cape coba sampe tanggal 19 Januari 2013 aja episodenya udah mencapai
392 !!!
Coba dengan jumlah episode segitu
masa ceritanya belum abis-abis ? lucu kan ( mari tertawa, hahahaha )
Jawabannya karena dari sisi
komersil sinetron ini sangat menguntungkan, yeah, kali ini kita bukan lagi
berbicara soal apakah sinetron itu logis atau tidak, semua mati kalo udah
berhadapan dengan wajah-wajah kapitalis industri pertelevisian Indonesia.
Yang bikin saya makin prihatin
adalah kini sinetron-sintron serupa mulai menjamur. Tema klise, pemain
komedian, dan alur cerita yang itu-itu saja membuat bencana ini semakin
lengkap. Yang paling menggangu adalah penggambaran berlebihan soal kehidupan Islami.
Jujur, saya miris ketika gelar haji begitu diperolok di semua sinetron. Kesan bagi
yang awam adalah bahwa pergi haji tidak lebih dari jalan-jalan biasa yang
ngenesnya hanya dilakukan oleh orang-orang berduit yang sombong.
Melulu digambar nyaris dalam
semua sinetron tersebut bahwa haji semata hanya untuk mendapatkan gelar. Padahal
jika ditilik lebih dalam, perjalanan mulia tersebut semestinya mampu membuat
orang yang melakukannya bisa lebih “bermoral” ketimbang yang belum melakukannya
karena ia telah bertamu dan menapak tilas perjuangan utusan-utusan Allah.
Hal lain yang bikin saya nyesek
adalah penggambaran ustad yang jauh dari prilaku Islami. Tukang teriak-teriak,
emosian, mementingan uang dalam berdakwah, aahhh, mengelus dada masing-masing
yuuk.
Saya bukan penikmat seinetron,
saya pun terbilang orang yang jarang nonton televisi. Kebetulan saja saya punya
teman kosan yang terbilang cukup gandrung denagn sinetron-sinetron ini. jadilah
saya sesekali ikut nonton bersamanya meski hanya barang beberapa segmen. Keburu
eneg liat alur ceritanya yang ga logis. Setau saya kini ada beberapa sinetron
bertema serupa selain Tukang Bubur Naik Haji yang tayang saat ini seperti Ustad
Foto Copy, Hati-hati Dengan Hati, dan sederet sinetron-sinetron yang memiliki
tema serupa namun tidak saya tahu judulnya apa.
Banyak hal-hal miris yang
sebenarnya bertolak belakang dengan kehidupan Islami. Saya sih tidak mau
mengkritisi jalan cerita yang emang udah ga masuk akal, contohnya karakter
bapak-bapak aneh yang selalu muncul tiba-tiba sebagai “penjelas” sebuah masalah
dan penjawab pertanyaan sebagai jalan pintas untuk memetik hikmah dalam sebuah
adegan dalam sinetron Hati-Hati Dengan Hati. Tidaklah itu terlalu memaksakan ?
dan terlihat utopis ?
Atau adegan pandang-pandangan
dengan lawan jenis padahal si perempuan dikatakann sebagai orang yang tau
agama, bukanlah itu terkesan meluluconi perangkat agama ? ketika solat seperti
sebuah kegiatan harian yang “kosong” tanpa makna apa-apa ?
Ayolah, buat kalian kapitalis,
kalian boleh mencari uang sebanyak kalian suka. Tapi tolonglah jangan sampai
memperolok agama kami. Saya berharap banyak kepada Komisi Penyiaran Televisi
agar lebih ketat lagi menyensor dan mengontrol tayangan-tayangan sensitif itu. Yang
jelas-jelas lebih merusak ketimbang datangnya seorang artis luar negeri untuk
konser di Indonesia.
Sejujurnya ada banyak hal lain yang
ingin saya moncongkan dalam artikel ini. namun apalah daya, besok saya mesti
kerja dan tentu saja harus tidur secepatnya. Semalam malam semua !
Sumber Gambar : Google Search
Wikipedia
Idem, ane juga kaga suka sama sinetron kek beginian. Lagipula emang gw ga suka nonton sinetron juga sih. Ujungnya ga jelas. Ga ngerti juga apa nikmatnya nontonin orang yg teriak2 pake gue-elu, dan bahasa betawi kasar layaknya orang kampung dan ga berpendidikan. Udah mah buang2 waktu, habis nontonnya juga langsung sakit kuping dan puyeng... :P
BalasHapusHarus ada tindakan jelas dari para penonton untuk benar2 menolak film2 bergenre dan berkepanjangan ga jelas seperti ini. dengan begitu stasiun TV pun akan memutar otak buat menciptakan acara berkualitas, bukan hanya menjual jam tayang ke sembarangan PH (Production House) untuk ditaruh dengan tayangan2 ga berkualitas seperti itu.
Kita harus berani bilang JELEK, biar si produser, dan stasiun TV melihat bahwa tayangannya buruk...