JANGAN kau tanya
apa yang aku cari. Sebab dari teduh matanya tak kutemui aku disana, atau
dari bibir indahnya tak kudapati namaku disebutnya. Atau dari acuhnya,
atau dari pengabaiannya. Mungkin aku yang terlampau berharap atau dia
yang tak kunjung tanggap. Ada hati yang selalu merinduinya, ada otak
yang selalu memikirkannya dan ada cinta yang selalu menunggu balasan
darinya.
Beberapa bulan lalu seorang gadis baik mengirimkan pesan kepadaku.
Dia perempuan sholehah yang kini mengajar disebuah TK, anggun sekali
prilakunya. Ia begitu cantik dengan caranya. Ia menyatakan cinta
kepadaku. Aku bergeming. Aku bingung. Apa yang harus aku jawab sebab tak
ada hati yang dapat kuberi. Meski ia tak jua bertanya. Hanya
menyatakan. Hanya menyampaikan. Tapi itu cukup membuatku berjaga hinga
besok paginya. Apalah yang ia lihat dari pecundang sepertiku ? kenapa ia
jatuhkan hatinya pada hatiku ?
Hari berganti, menit menua menyentuh jam dan berpaling memaksa waktu
terus berjalan tanpa niat melambat. malam mencuri matahari menggelapkan
semesta mayapada. Aku disini. Perempuan berganti. Ia wanita cantik dan
lucu. Sifat kekanankannya selalu membuatku tergelak. Ia sering kunamai
bodoh, dan pula ia tak ragu namaiku dungu. Komunikasi kian meninggi, ada
hati yang jatuh. Hatinya padaku.
Aku tertegun. Ada lagi yang suka pada pecundang sepertiku. Tapi aku
tak jua bergetar karena hadirnya. Meski aku mungkin jadi makhluk paling
tolol jika tak menerimanya. Tapi aku memilih bodoh daripada tidak
bahagia. Aku memilih dianggap gila ketimbang berlama pura-pura.
Ku kirimkan pesan padanya. Sebuah catatan selembar maya yang kuhantar
lewat akun jejaring sosialnya. Ia menerima. Lewat pesan singkatnya yang
benar-benar ditulis singkat itu ia menerima keputusanku. Lantas semua
berubah kami jarang berkomunikasi. Aku tahu dia mungkin kecewa tapi itu
lebih baik dariapada dia terluka di akhir cerita.
Jangan jua tanya sampai kapan. Sebab bagiku waktu tak ada artinya
jika kunikmati ia bersama hangat cintanya. Meski hanya aku yang rasa.
Tapi selama tak meruginya kurasa itu tidak apa-apa.
Kenapa kau sia siakan dua cinta hanya untuk satu cinta yang bahkan
hanya sepihak yang merasa ? suara seseorang menggangguku ketika malam
menanjak naik dan tak kudapati seorang pun diruang sepetak ini selain
aku dan benda-benda mati. Hei ! jangan sok tau ! hardikku pada tembok
yang kini kupandangi lekuknya. Aku tak menyia-nyiakannya. Salahkah aku
jika aku mau bahagia ? tembok itu bergeming kukira pertanyaan retorisku
mampu membungkam gemeretuk protesnya.
Sampai kapan ? tiba-tiba keramik putih berkata. Suaranya dingin datar
dan terkesan acuh. Entahlah, mungkin sampai ia sadar bahwa aku sangat
mencintainya. Lantas kalau ia tak kunjung sadar ? seketika bantal yang
menumpuk dengan selimut menyahut. Aku pandangi ia tajam. Aku enggan
berkata apa-apa lagi. Kalian semua tidak ada yang mengertiku ! kubanting
gelas, pecahannya melukai tembok lantai keramik dan serpihannya sampai
kelipatan bantal dan selimut.
Kamu gila karena dia ! semua benda memburuku, aku tidak gila teriaku.
kunyalakan lampu. Dan kudapati Aku sendiri dengan petak ruangan yang
berantakan.
aku tidak gila ! tidak ! hahahahahahahahahaahah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagi yang bukan Blogger dapat memberi komentar dengan cara memilih form Name/URL pada link Berikan komentar sebagai :
isi Name dengan Nama lalu isi Url dengan Link Facebookmu.