POSTINGAN kali ini mungkin sejenis rangkuman dari beberapa
kejadian yang saya alami minggu-minggu ini. Beberapa hal yang entah kenapa
seperti menggelitik saya untuk mengabadikannya dalam sebuah tulisan. Tentu
semua ini hanya pandangan subjektif saya sehingga tentu saya tidak meminta
persetujuan anda. Entahlah, belakangan ini saya merasa berada dalam masa
kelabilan paling akut sepanjang 2013 sekaligus masa-masa awal saya menjejakan
kaki didalam usai yang baru.
CURHAT DI FACEBOOK ! ALAY LO !
Facebook barangkali sudah menyerupai kebutuhan primer bagi
sebagian orang, ketika membuka facebook seperti sebuah rutinitas wajib. Mungkin
bagi pengguna yang sudah adiktif terhadap situs ini, tak membuka facebook dalam
sehari seperti mengurungmu pada ruangan abstrak. Padahal nyatanya, facebooklah
ruangan tersebut, yang membuatmu hanya melihat dunia lewat layar ponsel,
tablet, PC atau laptop.
Salah satu fitur facebook yang paling digandrungi adalah
ketika kau bisa menuliskan semua hal yang kamu pikirkan dalam beberapa deret
kalimat lantas dibagikan kepada sebagian / semua orang, bergantung jenis
privasi yang kamu pilih.
Beberapa hari ini saya melakukan kesalahan, ketika emosi
sesaat saya, begitu lancarnya saya tulis kedalam sebuah status, beberapa
orangpun bertanya-tanya ada apa dengan saya, jarang-jarang saya menulis status
sefrontal itu
Saya akui, tindakan berlebihan saya itu memalukan, apakah
saya menyesalinya ? sempat, tapi tidak lantas saya pikirkan selanjutnya. Saya
biarkan orang-orang menilai saya, mungkin sebagian teman saya akan menganggap
saya alay, infantil, kekanakan atau belum matang.
Facebook bukan tempat yang tepat untuk kau mencurahkan perasaanmu
terutama jika orang-orang yang berada disekitarmu atau yang berteman denganmu
bukanlah orang-orang yang berpikiran terbuka. Terlebih bagi tipikal orang-orang
yang mudah menghakimi oranga lain hanya dalam sekali-dua kali kesempatan.
Tapi bukankah hidup adalah penilaian ? ketika kau keluar
dari “dunia”mu maka kau pun diharuskan bersinggungan dengan dunia orang lain,
dan memberi kesempatan bagi mereka untuk menilaimu atau lebih frontal lagi membiarkan
mereka menghakimimu.
SENSITIF AMAT LO !
Saya tidak tahu apa nama ilmiah untuk perasaan ini, ketika
mau memiliki tingkat kepekaan melebihi kadar biasanya. Hal-hal sepele bisa saja
membuatmu sangat marah. Saya menyebutnya “sensitif” serupa dengan perempuan
yang sedang PMS. Tingkat kesensitifan saya meningkat, saya memduga karena
tingkat ke-stress-an kerja yang mendadak menukik tajam, hubungan dengan atasan
yang semula hangat mendadak panas. Serta hal-hal lain yang menyangkut perasaan
membuat sisi sensitif saya mendadak keluar.
Saya adalah orang yang sangat cuek atau bahkan cenderung
menyepelekan hal-hal lain yang saya anggap tidak penting. Ketika orang lain
begitu menghitung jumlah orang yang mengucapkan selamat saat dirinya ulang
tahun, saya malah memilih diam dan tidak menggubris hal tersebut.
Namun saya akan menjadi sensitif atau bahkan sangat sensitif
terhadap sebagian orang yang saya pikir semestinya mengerti saya atau sudah
mengenal baik saya.
Beberapa pekan lalu sebuah kejadian memuat emosi saya
meningkat, ketika kehadiranmu seperti tidak dianggap. Saya tidak akan
menceritakan kejadian tersebut secara tekstual karena saya pikir ini berkaitan
juga dengan norma atau apalah namanya yang membuatmu memiliki rasa tidak enak
jika harus membuat orang lain tersinggung.
Sepeti yang sudah saya sebutkan diatas, pada akhirnya ketika
hal tersebut tak dapat saya tahan akhirnya meletuslah status cinta tersebut
yang pada akhirnya dibaca sebagian besar teman saya di facebook #halah
LIHAT, DENGAR DAN RASAKAN
Minggu ini bisa dikatakan adalah minggu pendewasaan bagi
saya. Minggu ini saya mendapati cerita
dari beberapa teman yang mengeluhkan
sikap salah seorang yang kebetulan dekat dengan saya. Awalnya saya tidak telalu
menggubris hal tersebut sebab saya belajar untuk tidak lagi mencampuri urusan
orang lain. Pernah dulu, saya selalu berusaha menjadi penengah untuk beberapa
konflik rekan kerja. Menjelaskan sikap seseorang, mengurai alasan serta motif
yang membuat orang tersebut bersikap demikian kepada beberapa rekan.
Menyeimbangkan sudut pandang sesorang dengan mengurai cerita berbeda dari sudut
pandang yang mungkin jarang mereka lihat.
Saya menyukainya, namun belakangan saya sadari sikap tersebut
rentan dinilai terlalu ikut campur terhadap urusan lain. Mengapasaya tidak berfokus pada urusan diri sendiri saja ?
memangnya saya sudah baik ? Akhirnya saya putuskan untuk tidak lagi mengurusi
hal tersebut.
Namun beberapa pekan ini cerita demi cerita diutarakan
dengan gamblang oleh beberapa teman, tidak seperti dulu, kali ini saya lebih
memilih diam, tak ada penjelasan apa-apa. Saya hanya mendengarkan.
Mencoba
menyelami apa yang mereka pikirkan. Lalu apa yang saya lakukan setelah itu ?
tidak ada,
jujur saya juga tidak betah melihat mereka terperangkap dengan sudut
pandang mereka sendiri. Menganggap mereka aktor protagonis dan yang lainnya
antagonis. Tapi hidup bukan sinteron kan ? semua protagonis dalam pandangannya,
tak ada antagonis, yang ada hanya sudut pandang berbeda.
Saya hanya ingin kita belajar membina kemampuan untuk tidak
lagi mudah menghakimi orang lain hanya dari kacamata yang kita gunakan.
Berhenti menjadikan diri sendiri sebagai standar paten bagi kinerja orang lain.
Belajar meghargai kekurangan orang lain merupakan cara paling tepat untuk
menyamankan diri.
Saya sekarang berusaha menjadi lebih dewasa meski terkadang
lebih menyenangkan menjadi anak kecil karena tak perlu ada yang kecewa ketika
kamu melakukan hal-hal manusiawi berupa kesalahan atau curahan frontal. Yeah,
hidup adalah penilaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bagi yang bukan Blogger dapat memberi komentar dengan cara memilih form Name/URL pada link Berikan komentar sebagai :
isi Name dengan Nama lalu isi Url dengan Link Facebookmu.