Jumat, 02 Desember 2011

2 Hati Lelaki


Ditmar seperti menelan ribuan paku karat saat mendapati nama kekasihnya tersemat dalam sebuah undangan ungu berhias bunga berwarna putih disekelilingnya. mungkin seharusnya ia bahagia ,namun tidak ! karena bukan namanya yang menjadi pasangan dalam undangan itu. Justru orang lain dan itu sangat melukai hatinya.


Lemas membekap tubuh, menjalar seumpama domino yang dijatuhkan. Ia menatap kosong lembar undangan yang kini telah tergeletak di lantai kamarnya itu. Ia begitu terpukul dan tak terima. Perlahan kenangan demi kenangan bersama kekasihnya muncul. Melemparkannya pada satu daratan kenyataan. Ini semua salah Tuhan. Ia marah, air mata menggenang. Ia sesunggukan.

Lama ia terpekur, kini semua mereda. Tangis pedihnya berganti tawa.

Seringai penuh makna yang hanya ia yang dapat mengerti maksudnya.
Ia tertawa ..


***
Malam larut dalam kelam mendung yang menyelimuti langit. Ia seperti sedang menyiapkan sambutan untuk badai atau sekedar hujan yang akan datang.

Ditmar merapatkan jaketnya. Angin malam yang berhembus seperti membekapnya. Ia telah telah duduk ditaman ini selama hampir tiga puluh menit. Pada sebuah bangku panjang dibawah temaram lampu yang menyorotnya remang. Ia menunggu kekasihnya. Ia ingin sebelum pernikahan yang melukai itu ia dapat bertemu, dan mungkin juga ini pertemuan yang terakhir kalinya.

Lampu sorot yang meredup disusul suara mesin yang dimatikan dan derap langkah yang mendekat seperti sebuah pertanda bahwa orang yang ditungguinya telah tiba.

“maaf membuatmu menunggu lama, aku tadi … “

“ duduklah “ Ditmar memotong kalimat yang belum diselesaikan kekasihnya.

“ sejak kapan kau disini ?” sang kekasih mencoba berbasa basi.
Ditmar tersenyum. Ia tahu bahwa kekasihnya tahu ia benci berbasa-basi.

“sudahlah itu tidak penting” jawabnya singkat.

“aku minta maaf” sang kekasih mencoba mengapai tangan Ditmar untuk digenggam. Tapi Ditmar menghalaunya pelan.

“ga ada yang perlu dimaafkan, kau tidak salah” ditmar menatap kosong ke depan.

“Aku terpaksa melakukan ini, , orang tua ku memaksaku untuk segera menikah. Mereka telah menjodohkanku, tapi aku tak akan mengingkari janji kita, aku tak akan bercinta selain denganmu”  ada getir yang ditangkap Ditmar dari suara kekasihnya.

“ya, aku terima alasan itu” gamang ia berkata

“tapi aku akan selalu mencintaimu”  sang kekasih berusaha meyakinkan Ditmar.

“ ya, aku percaya kamu”

“ pliss dit, kamu harus mengerti keadaanku”

“ aku selalu mencoba menerima keadaaan ini, keadaanmu, keadaanku, keadaan kita. Kau tahu untuk hubungan kita ini hanya bisa terikat oleh rasa kepercayaan sebab tak ada lembaga atau atau ikatan yang bisa melegalkannya. Bahkan mungkin Tuhan pun sudah jijik dengan hubungan ini” getir itu kembali di telannya

Hening membekap Udara diantara mereka. Perlahan awan mengutus butiran air ke bumi. Rintik kecil itu memercikan suara yang mengisi kekosongan mereka.

“ kau tahu dit” suaranya tercekat ia menatap langit membiarkan air itu menyentuh wajahnya.“ aku sungguh menderita, kau tahu bagaimana rasanya menikah dengan orang yang tak kau cintai ? aku persis seperti boneka” lanjutnya

“ oh iya, setelah menikah aku akan pindah ke luar kota. Tempat asal calon pasanganku” air hujan itu menyembunyikan air mata yang meleleh dari wajah sang kekasih.
Ditmar menatap gamang kekasihnya. Ia begitu tak tega. Ia pun merasakan penderitaan yang sama

“ Hidup memang tak adil, yah ?” Ditmar mengulum kesakitannya.

“Aku ingin menikah denganmu” sang kekasih duduk mendekat. Meraih tangan Ditmar dan menggenggamnya erat.

“ hahaha, jangan berkhayal kau. Itu hanya bisa terjadi dalam mimpimu saja. Akan banyak orang yang tersakiti” Ditmar terawa hambar. Ia tidak menertawai hal yang lucu. Ia hanya bingung ekspresi apa yang harus ia keluarkan akan kekalutan hidupnya.

“ kalau begitu biarkan akau hidup dalam mimpi” sang kekasih merebahkan kepalanya ke pundak Ditmar.
“ ya, aku juga berharap hidup dalam mimpi” ucap Ditmar pelan.

Malam mematang menuju pagi. Air rintik itu kini menjadi deras. Mereka membiarkan semua menyelimuti mereka. Meraka tak peduli basah. Mereka anya ingin pasrah dan menikmati romansa yang mungkin untuk terakhir kalinya.

***

Hari yang ditentukanpun tiba. Sang kekasih akan melangsungkan pernihakannya hari ini. Ditmar bersiap memakai kemaja dan celana panjang terbaiknya. Ia menyisir rapi rambutnya mematut diri sebentar didepan cermin dan memakai wewangian kesukaanya. Sejak pertemuan itu ia sudah mematangkan sebuah rencana. Sebuah rencana yang ia pikir akan menyelesaikan semuanya. Termasuk ujian kesetiaan meraka berdua.

Ia tak lagi memerdulikan logika. Sebelum pergi tak lupa ia mengambil sebuah botol kecil berisi cairan yang akan membantunya memuluskan rencananya.

Semua berjalan lancar . ijab Kabul yang mengharukan tapi begitu menyakitkan bagi Ditmar telah selesai dilaksanakan. Ia hanya bisa menatap kosong kepada kedua mempelai. Berharap ia yang berada disana. Berharap kemeriahan ini untuk merayakan cintanya.

Sang kekasih begitu tampan dengan setelan jas berwarna kuning pastel. Ia memakai penutup kepala khas adat sunda. Begitupun dengan pengantin disebelahnya. Wanita yang kini sangat dibenci Ditmar  bergaun khas sunda berwarna senada. Ia begitu cantik. Tapi bagi Ditmar perempuan itu tak lebih dari seonggok kotoran yng perlu disingkirkan. Mereka anggun duduk dipelaminan.

Semua berbahagia. Ditmar menyalami Danial kekasihnya dengan hati yang kebas. Ia memasang senyum penuh arti. Danial terpaku mendapati kekasihnya tersenyum begitu biasa. Tangan Danial dingin menyentuh tangan Ditmar.

“ maafkan aku” bisiknya kepada Ditmar. Ditmar hanya tersenyum dan beranjak menyalami Putri sang mempelai wanita.

Ditmar menyalaminya sambil berbisik. Ia memberikan sesuatu yang disambut cekikikan nakal dari Putri.
sekali lagi Ditmar tersenyum dan berlalu.

Ditmar bergegas pulang dan mengemas pakaiannya. Ia sudah bertekad akan pergi dari tempat ini. Ia akan ke luar kota. Memulai hidup barunya.

***

“ sepasang pengantin ditemukan tewas dengan mulut berbusa. disebuah kamar sehari setalah pernikahannya. Diduga meraka tewas keracunan. Sampai dengan saat ini polisi masih meyelidiki pelaku dan motif pembunuhan sadis ini”

Suara pembawa berita dari sebuah televisi disebuah warung makan disambut senyuman sinis Ditmar. Ia kini tau jawaban dari Ujiannya. Dan ternyata Danial gagal. Karena telah mengingkari janjinya.

Ia tertawa. Entahlah apa ini hasil ujian yang diinginkannya. Tapi usahanya mendekati Putri beberapa hari sebelum pernikahannya terbukti berhasil memperdaya putri.  Putri percaya saat Ditmar berjanji akan memberikan kado diluar dari yang biasanya. Ia Mengatakan akan memberikan botol kecil berisi cairan yang akan memperindah malam pertama Putri dan Danial nanti.

cepat ia habiskan makanannya. Ditmar bergegas pergi.

Ia tak tahu apa yang akan terjadi esok hari.

4 komentar:

  1. waawwwww... bagusss cerpennya,,, mengalir dan mudah di pahami...

    Muroddi,, ada sambungannya ngga ni.. hehe

    BalasHapus
  2. keren, aku suka banget cara kamu menuliskan kesakithatian ditmar dan menuntaskannya, sesekali tokoh utama nggak selamanya baik kan?

    BalasHapus
  3. ih jadi mau ngasih ramuan madura ya :D
    Bagus cerpennya

    BalasHapus

Bagi yang bukan Blogger dapat memberi komentar dengan cara memilih form Name/URL pada link Berikan komentar sebagai :
isi Name dengan Nama lalu isi Url dengan Link Facebookmu.